Langsung ke konten utama

PERBEDAAN BAHASA BALI KUNA, TENGAHAN, DAN BARU


Bahasa Bali Kuna
a.      Pengertian Bahasa Bali Kuna
Bahasa Bali kuna adalah nenek moyang bahasa Bali modern(Berata, 1993 dalam Suasta 2004:8).
Bawa, dkk(1984/1985:21)dalam bukunya yang berjudul Studi Sejarah Bahasa Bali mengemukakan bahwa bahasa Bali kuna adalah bahsa Bali yang banyak terkena pengaruh bahasa sansekerta.
Bahasa Bali kuna merupakan nama yg diberikan terhadap bahasa bali yang versinya yang kuna yang digunakan dalam sejumlah prasasti yang terbit di bali (Granoka dkk,1984:1).
Hasil penelitian prasasti-prasasti oleh Stein Callefels(1926), dan Goris(1954) serta Soekarto K (1977) telah memberikan petunjuk yang cukup jelas bahwa bahasa Bali memiliki variasi yaitu variasi temporal yang berasal dari jaman Bali Kuna. Dan adanya versi inilah sebagai awal munculnya nama Bahasa Bali Kuna (dalam kajian Bahasa Bali Made Suasta 2004 : 8).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa Bali kuna adalah bahasa bali tertua yang merupakan nenek moyang bahasa Bali modern yang terkena pengaruh bahasa sanskerta  serta digunakan dalam sejumlah prasasti.
Bahasa bali Kuna yang dipakai dalam prasasti-prasasti berbeda dengan bahasa Bali Kuna yang digunakan secara lisan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal bentuk maupun masa waktu pemakaiannya. Untuk membuktikan hal ini memang agak sulit karena sampai saat ini bukti pemakaian bahasa Bali Kuna hanya dijumpai dalam bentuk prasasti. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa saat itu bahasa Bali Kuna berkedudukan sebagai bahasa resmi perundang-undangan(lihat prasasti Sukawana A1, Bebetin A1, Trunyan A1, Trunyan B, Pura Desa Gobleg, dan lain-lainnya) (Purwiati dkk, 1995/1996 : 41), yang selanjutnya digeser kedudukannya dengan pemakaian bahasa Jawa Kuna.
 Maka lebih lanjut dapat diperkirakan bahasa Bali Kuna tetap berkembang menjadi bahasa Bali yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat bali yang tinggal di bagian dataran. Disisi lain terdapat perkembangan yang khusus dan agak tertutup(terisolir) menjadi ragam dialek tersendiri yang disebut dialek Bali Aga, yang masih hidup hingga sekarang digunakan oleh sekelompok masyarakat Bali Aga(yang menganggap kelompoknya sebagai suku Bali asli), dan menetap tersebar di beberapa daerah pegunungan di Bali.
Dialek Bali Aga secara geografis di bedakan menjadi tiga sub dialek yaitu: 1). Dilaek Bali Aga(di bagian) Timur yang meliputi Tenganan, Bugbug, Sukawana, Kedisan, Sembiran,dll. 2). Dialek Bali Aga Tengah, yang meliputi seminyak, dan 3). Dialek Bali Aga Barat yang meliputi Bantiran dan sepang (Granoka 1983). Beberapa kosa Kata yang dapat digunakan sebagai bukti persamaan antara Bahasa Bali Kuna dengan Dialek Bali Aga, dan dengan Bahasa Bali Kapara, menurut Goris (dalam Granoka, 1983) sebagai berikut.
1)      Biras        (Bahasa Bali Kuna)
Bihas        (Dialek Bali Aga)
Bias          (Bahasa Bali Kapara)

2)      Turun       (Bahasa Bali Kuna)
Tuun        (Dialek Bali Aga)
Tuun        (Bahasa Bali Kapara)
            Ragam dialek Bali Aga adalah sebagai bukti peninggalan kekunaan bahasa Bali Kuna yang masih tetap hidup terpakai. Perlakuan kata-kata bahasa Sansekerta yang masuk dalam serapan bahasa Bali Kuna ada yang tetap maknanya ada juga yang mengalami perubahan baik makna maupun ejaannya. Adapaun kata-kata lain yang mengalami perubahan yaitu hasba,sarbwa,sastra, grama, dan praddhana yang masing-masing berasal dari açva’kuda’, sarva’semua’, sattra’pesanggrahan’grama’dosa’ praddhana’terkemuka’ dan lain sebagainya.

b.      Ciri-ciri bahasa Bali Kuna
Membahas mengenai ciri-ciri bahasa Bali kuna ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1.      Tulisan Bali kuna merupakan perkembangan dari tulisan pallawa (digunakan di India Selatan)
2.      Lebih menonjol terkena pengaruh bahasa Sansekerta
3.      Tidak memiliki unda usuk (tingkatan)berbahasa
4.      Lebih banyak dituliskan pada tembaga dan tanah liat(prasasti)
5.      Pemakaiannya lebih menonjol dalam bidang peraturan-peraturan
6.      Bahasa Bali kuna memiliki kosa kata yg miskin atau kerdil karena ragam Bahasa Bali Kuna yang menjadi objek penelitian adalah “Ragam Prasasti” yg mana telah disebutkan inilah satu-satunya jenis peningglan berbhs bali kuna

Contoh-contoh kosa kata Bahasa Bali Kuna(Sansekerta)
a)      Paduka     =          paduka
b)      Bhetara    =          betara
c)      Dewa       =          dewa
d)     Dewi        =          dewi
e)      Dibya       =          utama, mulya
f)       Pranata     =          tunduk
g)      Pitara       =          leluhur
h)      Putra        =          putra
i)        Basmi       =          hancur
j)        Prasastra  =          termasyur


Bahasa Bali Tengahan
a.      Pengertian Bahasa Bali Tengahan
Bahasa Bali Tengahan adalah bahasa Bali yang hidup dalam kurun waktu antara Bahasa Bali Kuna  dengan  Bahasa Bali Baru /Bahasa Bali
kepara.Disamping itu bahasa Bali tengahan juga dikenal dengan nama Bahasa Bali kawi atau Bahasa Kawi Bali (Tim Bawa,dkk 1985:52).
Bahasa Bali tengahan disebut bahasa Bali kawi atau bahasa kawi Bali karena peninggalan bahasa Bali tengahan tersebut sebagian besar berupa tulisan yang merupakan hasil karya para pengawi atau pujangga Bali terutama para pengawi Bali yang mengarang di Bali.Bahasa Bali tengahan berasal dari campuran bahasa Sansekerta,bahasa Jawa kuna(Kawi),bahasa Jawa tengahan,dan bahasa Bali kepara.
Bahasa Bali campuran yang menjadi bahasa kawi juga disebut bahasa Bali tengahan.pada umumnya digunakan untuk menulis prasasti-prasasti,sejarah, filsafat,usada,keagamaan,dan sastra.Bahasa Bali tengahan tampak digunakan dalam bidang seni tertentu antara lain seni topeng,prembon dan wayang.
Disamping itu bahasa Bali tengahan tampak digunakan dalam bentuk lisan saat pemangku atau balian masa melakukan upacara dalam bentuk sesontengan.
Penyerapan bahasa Sansekerta kedalam bahasa Bali Tengahan, ada yang seutuhnya diserap sesuai dengan sistem bahasa Sansekerta, misalnya penyerapan doa” Om Awighnamastu namo siddhem” yang artinya semoga tidak ada halangan yang sudah biasa digunakan dalam mengawali penulisan. Disamping itu ad juga hanya berupa kata dasarnya yang diserap melalui penyerapan bahasa Jawa Kuna(bahasa kawi) dan kosa kata tersebut sangat dirasakan telah luluh ke dalam bahasa Bali Tengahan. Penyerapan bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Tengahan merupakan kelanjutan hidup dari bahasa itu sendiri, karena kosa katanya hampir sama antara bahasa Jawa Tengahan dengan bahasa Bali Tengahan. Hal ini menunjukakan adanya perpaduan bahasa. Apabila pemakai ingin bahasanya lebih tua (sukar) maka pemakaian bahasa Kapara dikurangi.
      Seperti yang telah diuraikan tadi bahwa bahasa Bali Tengahan merupakan bahasa Pengawi. Dapaun bentuk-bentuk karangan yang umumnya banyak menggunakan bahasa Bali Tengahan antara lain dalam bentuk Tembang yang meliputi Kidung, seperti malat, wargasari, alis-alis ijo dan lain sebagainhya. Geguritan seperti, pupuh Pangkur, Sinom, durma dan sebagainya.
b.      Ciri-ciri bahasa Bali Tengahan
1.      Pemakaiannya lebih menonjol dalam bidang peraturan-peraturan
2.      Adanya penggunaan tingkat-tingkatan bahasa, namun tidak seketat dalam anggah-ungguhin bahasa Bali Kapara.
3.      Dipakai oleh Pengawi(Pengarang) dalam karya sastra.
4.      Merupakan perpaduan antara bahasa Bali Kuna, Sansekerta,dan Baru.
5.      Bahasa Bali tengahan  digunakan dalam bidang seni tertentu antara lain seni topeng,prembon dan wayang.
6.      Digunakan dalam sesontengan pemangku ataupun balihan.

Contoh-contoh kosa kata Bahasa Bali Tengahan(Kawi)
a)      Hana          =          ada
b)      Sira            =          beliau
c)      Ratu          =          raja
d)     Renga        =          dengar
e)      Ring          =          di
f)       Rat            =          dunia
g)      Musuh       =          musuh
h)      Ulun          =          aku
i)        Wadon      =          wanita
j)        Lanang      =          laki
k)      Kiwa         =          kiri
l)        Tengen      =          kanan
m)    Wong        =          orang , dan sebagainya.
2.3  Bahasa Bali Baru
a.      Pengertian Bahasa Bali Baru
Bahasa Bali Baru adalah bahasa yang hidup yang digunakan oleh masyarakat Bali pada umumnya dan digunakan oleh pendukungnya yang berada di luar Bali. Bahasa Bali Baru digunakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat bali baik resmi maupun tak resmi dan lisan maupun tulisan. Penulisan naskah lontar pada umumnya menyangkut tentang babad,awig-awig,peparikan,tantri,satua-satua.
Bahasa Bali berdasarkan perkembangannya banyak terkena pengaruh bahasa sansekerta,bahasa melayu,bahasa Jawa,bahasa arab, bahasa Belanda, China ,portugis,prancis,Inggris,Sunda,dll. Bahasa bali Baru juga termasuk bahasa bali Serapan sebab menyerapa bahasa lain baik secara perubahan bentuk maupun maknanya.
      Dalam bahasa Bali ditemukan beberapa perubahan bentuk unsur serapan dari bahasa-bahasa yang lainnya seperti:
1.      Epentesis adalah penyerapan dengan menambah bunyi pada posisi tengah. Contohnya:
v  Griya (Jawa)  menjadi Geria = rumah Brahmana
v  Jenela (Portugis) menjadi Jendela
v  Aql (Arab) menjadi akal = akal
2.      Protesis adalah penyerapan dengan menambah bunyi pada posisi awal. Contohnya:
v  Atus (Jawa) menjadi Satus = seratus
v  Stana (Sansekerta) menjadi Istana = pasanggrahan
v  Enem (Jawa) menjadi nenem/nemnem = enam
3.      Afaraisis adalah penyerapan dari kosa kata bahasa lain dengan jalan menanggalkan bunyi pada posisi awal. Contohnya:
v  Bhumi (Sansekerta) menjadi gumi = dunia
v  Wrta (Sansekerta) menjadi orta = berita
4.      Paragoge adalah penyerapan dari kosakata bahasa lain dengan menambah bunyi pada posisi akhir. Contohnya:
v  Dis (Sansekerta) menjadi desa = desa
v  Bank (Belanda) menjadi bangku = bangku
v  Lamp (Belanda) menjadi lampu = lampu
v  Gaja (Sansekerta) menjadi gajah = gajah
Selain perubahan bentuk akibat penyerapannya diatas juga ada perubahan makna yaitu perubahan makna Assosiatif dan perubahan makna Peyoratif
5.      Perubahan Assosiatif adalah perubahan akibat adanya persamaan sifat yang dikandung. Contohnya :
v  Asrama, semula bermakna tempat melepas dunia. Menjadi rumah sekelompok orang.
v  Mantra, semula berasal dari kata Mantrin yang bermakna sinar. Karena sinar ada kaitannya dengan doa, maka mantrin disamping mengalami perubahan bentuk juga mengalami perubahan makna, yaitu dari sinar menjadi doa dalam bahasa Bali.
6.      Perubahan makna Peyoratif adalah kosa kata serapan yang masuk ke dalam bahasa bali mengalami pergeseran makna dari rasa bahasa yang halus menjadi kasar. Contohnya :
v  Inang (Jawa)semula bermakna pengasuh putra-putri raja berubah bentuk menjadi Ina, yang bermakna induk binatang.
7.      Perubahan makna menyempit adalah kosa kata bahasa bali yang masuk ke dalam bahasa bali yang mengalami pergeseran makna dari semula bermakna luas, kemudian menjadi menyempit. Contohnya :
v  Daksina, pad mulanya bermakna kanan dan sesajen setelah menjadi bahasa Bali lebih populer bermakna sesajen.

b.      Ciri-ciri Bahasa Bali Baru
Ciri-ciri bahasa Bali Baru adalah sebagai berikut:
1.      Bahasa yang penggunaanya mewarnai semua aspek kehidupan.
2.      Kosa katanya kaya karena penggunaanya lumrah(umum)
3.      Banyak terkena pengaruh bahasa sanskerta,melayu(Indonesia),bahasa arab ,dll
4.      Pemakaiannya lebih menonjol pada rontal dan kertas-kertas
5.      Huruf atau aksara yang digunakan pada periode ini adalah tidak terbatas pada aksara Bali saja tetapi juga huruf latin.
6.      Mengenal adanya tingkatan-tingkatan berbahasa

Contoh-contoh kosa kata Bahasa Bali Baru adalah sebagai berikut
a)      Tirta           =          air
b)      Belog         =          bodoh
c)      Jeleme       =          manusia
d)     Ujan          =          hujan
e)      Gae            =          pekerjaan
f)       Bapa          =          Bapa/Ayah
g)      Aman        =          Aman
h)      Buku         =          Buku
i)        Pas             =          Sudah tepat
j)        Mi              =          mi
k)      Toge          =          Toge
l)        Dll


 

Daftar Pustaka
Swasta, Made. 2004. Sejarah Kajian Bahasa Bali. Denpasar : Universitas Udayana.
Bawa, I Wayan, dkk. 1984/1985. Sejarah Bahasa Bahasa Bali. Denpasar:Pemerintah Daerah Provinsi Tingkat I Bali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Basita Paribasa

Basita Paribasa Basitha Paribasa inggih punika basa rerasmen wiadin panglengut basa. Kanggen panglengut basa sajeroning mabebaosan kalih magegonjakan, sajeroning basa pakraman wiadin basa pasawitrayan. Sane ngranjing Basitha Paribasa minakadi : 1. Sesonggan. 2. Sesenggakan. 3. Wewangsalan. 4. Sloka. 5. Bebladbadan. 6. Pepindan 7. Sesawangan. 8. Cecimpedan. 9. Cecangkriman. 10. Sesimbing. 11. Cecangkitan. 12. Raos Ngempelin. 13. sasemon 14. Sipta. 15. Peparikan 16. Sesapan 17. Tetingkesan   1. Sesonggan. Sesonggan wit ipun saking kruna 'ungguh', sane mateges linggih, genah, wiadin nongos. Kruna ungguh polih paweweh merupa pangiring (akhiran) "an", dados ungguhan sane mateges janji utawi pati. Kruna ungguhan kasandiang (mengalami perubhan sandi suara) dados unggwan. Sajeroning pangucapan kruna unggwan puniki dados unggan. Selantuir ipun kruna unggan puniki polih pangater (awalan) "sa" dados saunggan, taler kasandiang malih dados songg...

Malajah Wilangan Bali

No. Angka Wilangan Angka Wilangan 1 10 Dasa 300 Telung atus 2 11 Solas 400 Samas 3 12 Roras 450 Samas seket 4 13 Telulas 475 Samas telung benang 5 14 Patbelas 500 Limang atus 6 15 Limolas 600 Telung atak / telung bangsit 7 16 Nembelas 700 Pitung atus 8 17 Pitulas 800 Domas 9 18 Plekutus 1000 Siu 10 19 Siangolas 1100 Siu satus 11 20 Duangdasa 1200 Nem bangsit 12 21 Selikur 1300 Siu telung atus 13 22 Dua likur 1400 Pitung bangsit 14 25 Selae 1500 Siu limang atus 15 28 Ululikur 1600 Sepeha 16 31 Telung dasa besik 1700 Siu ...